SURABAYA - Konsep Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Kota Surabaya lewat jalur online seringkali masih kurang akurat. Pasalnya, masih banyak permasalahan yang menyelimutinya. Selain perangkat komputer dan internetnya masih seringngadat, ternyata masih banyak siswa dan orangtuanya yang belum 100% bisa mengoperasionalkan komputer. Sehingga kondisi ini menyulitkan anak didik, walimurid maupun gurunya sendiri.
“Kami yang ada di komisi D DPRD Surabaya menyarankan PPDB lewat olinedievaluasi lagi dan PPDB tahun ini bisa dikembalikan seperti semula, yakni lewat tes tulis saja atau bukan lewat online,” ungkap Baktiono, Ketua Komisi D DPRD Surabaya, Senin (20/5).
Menurutnya, PPDB menggunakan jalur tes sebenarnya memiliki banyak keunggulan. Para siswa yang menguikuti tes dan saat tes itu benar-benar diuji kemampuan akademiknya. Mengingat, yang membuat materi soal sepenuhnya diserahkan kepada para akademisi.
Terkait dengan pendidikan ini, lanjut dia, sejak tahun 2011 setiap usulan yang diberikan Komisi D ke Dinas Pendidikan tidak pernah dihiraukan. Sekolah kawasan misalnya. Komisi D tidak pernah diajak bicara, dan hasilnya sekarang melengceng dari konsep yang tujuan awal. “Satu-satunya cara kita harus mengubah sistemnya,” tegas Baktiono.
Senada dengan Baktiono, Sekretaris Komisi D Junaedi menyatakan, Dinas Pendidikan saat ini minim kreativitas. Indikasi tersebut, bisa dilihat dari buruknya prestasi nilai akademik siswa di Surabaya. Padahal, selama ini Dinas Pendidikan mendapat alokasi anggaran yang tidak sedikit dari APBD Surabaya.
“Angaran pendidikan kota Surabaya tahun ini mencapai 32% dari APBD Surabaya yang besarnya sektar Rp 5,7 triliun. Bahkan, bila dibandingkan daerah lain di Jatim, anggaran pendidikan di Surabaya yang tertinggi,” ujar Junaedi.
Junaedi mengungkapkan, berdasarkan hitungannya berarti anggaran pendidikan di Surabaya tahun ini mencapai Rp 1,7 triliun, atau naik dari tahun sebelumnya yang hanya Rp 1,3 triliun. Mestinya, dengan anggaran sebesar itu, dinas pendidikan memiliki keleluasaan untuk berkreatifitas menjadikan dunia pendidikan Surabaya sebagai yang terbaik, baik di tingkat propinsi maupun nasional.
“Dulu, sebelum saya masuk ke DPRD prestasi pendidikan di Surabaya cukup baik. Tapi, kenapa sekarang melorot tajam?. Pertanyannya ada apa dengan Surabaya, anggara pendidikannya sudah tinggi, tapi prestasi emoh beranjak bagus,” tanya Junaedi.*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar